Minggu, 11 September 2011

(Jawa) DANDANGGULA by Adi Suripto

DANDANGGULA
Tembang :

Jroning nampa pepesthen puniki
Wajibira mung nuhoni dharma
Apan wus dadi kodrate
Lelaku jro lumaku
Titi tata tatag ing batin
Nggayuh yuning bebrayan
lahir trusing kalbu
Mula lumaku makarya
Antepira sepi pamrih lahir bathin
Makarya tan akarya


[Dharma Kinidung - Karya Adi Suripto]

Arti :

Di dalam kita menjalani kehidupan ini, sesuai dengan kodratnya, kita hanya “nuhoni dharma”. Melaksanakan kewajiban sesuai kodrat kita sebagai manusia, karena itu dalam setiap perbuatan yang dilakukan, kita harus menyadari untuk bekerja dan terus bekerja, dan semuanya itu tanpa pamrih.  Dapat diumpamakan sebaga “makarya tan akarya”, artinya kita berbuat sesuatu, tetapi tidak merasa membuat sesuatu yang kita harapkan hasilnya. Dalam ungkapan bahasa jawa biasa disebut “sepi pamrih rame gawe”.

Sakehing kan dumadi makardi
Lir Hyang Widhi kan tansah makarya
Nguribi jagad tan leren
Surya, candra lan bayu
Bhumi tirta kalawan agni
Paparing panguripan
Mring pamrih wus mungkur
Anane nuhoni dharma
Iku dadya "sastra cetha" tanpa tulis
Nulat lakuning alam


Semua yang ada ini bekerja
Bahkan Tuhan pun bekerja
Menghidupi dunia ini tanpa henti Matahari, bulan, angin,
Bumi, air dan api semua bekerja demi kelangsungan hidup, dan tanpa pamrih.
Dasarnya hanyalah merasa wajib. Alam adalah "ilmu nyata"
Kita wajib meniru dharmanya


sumber: http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=29

Dari makna yang tersirat dari tembang tersebut, nampak jelas sekali bahwa pengejawantahan falsafah Jawa sebagaimana ditunjukkan umat Hindu di Jawa merupakan refleksi atas pemahaman dan pengalaman terhadap apa yang disebutkan sebagai "sastra cetha tanpa tulis" (ilmu nyata).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar